Senin, 10 November 2014

Little White Angel - chapter eight



Impossible…I can’t believe it!!
Sanghyun POV
Aq membuka mataku ‘aq masih terikat dalam tali’ batinku, samar-samar aku mendengarkan suara cambuk yang sedang dihempaskan ‘mustinya aku merasakan sakit, tapi aku tak merasakan tubuhku dicambuk.. lalu itu suara siapakah yang dicambukki??’ perlahan aku membuka mataku dan di depan mataku leeteuk hyung dalam keadaan terikat sama seprtiku sedang dicambuk oleh pesuruh appaku. “leeteuk hyung!!!” pekikku tak percaya apa yang telah terjadi. “appa??? Kenapa denganmu?? Apa salah leeteuk hyung!! Kenapa appa mencambuknya??” teriakku kepada appaku yang hanya diam menatapku. “kau tahu apa huh? Kau bilang dia tak salah?
Karna kau telah mengadu kepadanya.. dia telah mencuri barang yang seharusnya bukan kepunyaannya melainkan kepunyaan appa.. dia telah mencuri barang penting appa dan tak mau mengembalikannya!!!” teriak appa penuh dengan penekanan. “dan ini yang pantas dia dpatkan!” dan pesuruh appa kembali menyambukki leeteuk hyung. Aku tak mau elihat kejadian sperti ini.. hal seperti ini seharusnya tak terjadi pada leeteuk hyung. Aku meronta dan memohon kepada appa agar da menghentikan aksinya tapi appa tetap tak menghiraukanku. Leeteuk hyung sudah melemah. “appa… ku mohon… hentikan.” Aku menangisi leeteuk hyung yang sudah babak belur itu. Ini semua gara-gara aku! Gara-gara aku melakukan hal bodoh itu!! ‘mianhe hyung..’ aku menangis sangat pelan. Appa tetap terus mencambukki leeteuk hyung.. “cepat kau katakana dimana benda yang telah kau ambil!!!!” teriak appa. “nan-h.. aku akan melaporkanmu ke pi- ahhhh!” leetuk hyung mengerang kesakitan. “hyung!! Benda apa yang telah kau ambil? Ku mohon kembalikan kepada appa..” kataku. “andweeh.. jika disk itu aku serahkan.. nanti aku tak dapat menepati janjiku untuk menolongmu.. aku tak dapat menyelamatkan---agrrhhh!!” pesuruh appa mencambukki tubuh leeteuk hyung kembali. “me-menyelamatkan siapa? Aku? Aku-aku berada di rumahku sendiri dan bersama keluargaku sendiri.. tidak ada yang perlu hyung selamatkan!! Tidak ada yang perlu hyung tolong jika jawabannya adalah aku!! Aku baik-baik saja hyung!!! Semua ini karna kesalahanku sehingga aku pantas mendapatkan hukuman ini” kataku menjelaskan kepada leeteuk hyung. “nan-naneun gwenchanayo…” lanjutku. “baik? Baik apanya? Jelas-jelas kau disiksa oleh appamu sendiri!! Ini merupakan criminal yang harus dilaporkan ke pihak yang berwajib..aku hanya melaksanakan hal yang seharusnya dilaksanakan oleh warga korea selatan yang taat peraturan.. dan arghhhh” kembali pesuruh appa mncambukki leeteuk hyung. “STOP!!!! Hyung stop! Aku mohon.. aku ini baik-baik saja hyung jangan hiraukan aku..” teriakku memohon. Tapi leeteuk hyung tetap ukuh dengan tak mau mengatakan dimana dia menyebunyikan disk tersebut. Ntah apa yang ada dalam disk itu sampai appa sangat khawatir. “cepat beri tahu kau menyimpan disk itu!!! Sebelum kesabaranku hilang!!” teriak appa, dan pesuruh it uterus mencambukki leeteuk hyung. Aku sangat tak ingin ini terjadi, hatiku sangat sakit melihat satu-satunya orang yang membelaku dan menyayangiku kini disiksa oleh keluargaku sendiri dan semua ini karna aku. “hyung please……” “andwe!!!” leeteuk hyung tetap bersikeras. “owh… atau begini saja..” perlahan dan tiba-tiba appa mendekatiku. “park jungsoo shi, bagaimana rasanya jika melihat anak ini aku…” “arghhhh” sebuah cmabukkan besi yang keras menyengat pada punggungku. Appa mencambukku dengan tongkat besinya. “arghhhhh” lagi-lagi appa mencambukku bersamaan dengan teriakan leeteuk hyung dan dia berusaha merontamelepaskan diri.

Leeteuk POV
Cheondung mengerang lemah karna cambukkan dari appanya yang begitu tiba-tiba. Cheondung tampak semakin lemah karna memang sebelumnya dia sudah sangat babak belur. Kenapa Mr. Park tetap mencambukki putranya? Putra bungsunya. Aku tak dapat menerima perlakuannya kepada cheondung meskipun dia itu appanya. Cambukkan itu semakin keras, aku meronta ingin melepaskan diri dan menolong cheondung tapi ikatan tanganku sangat kencang. Cheondung terus mengerang kesakitan dan tiba-tiba tak lagi bersuara dia pingsan kembali. Aku mengeluarkan air mataku dengan deras. Wajah polos tak berdosa itu pucat pasi, tapi Mr. Park tetap mencambukkinya dia hanya meringis tak kuat untuk berteriak lagi. “tu-tuan besar.. ku mohon jangan-jangan dilanjutkan.. kasian dia.. dia itu putra anda… putra kandung anda darah daging anda.. kenapa anda begitu tega kepadanya? Bu-bunuh saja aku dan jangan siksa dia… ku-ku mohon..” aku terus memohon dengan berlinangan air mata. “ah~~~ kau benar.. akan lebih efektif jika aku bunuh kamu saja.. toh disk itu hanya kau yang tau tempat menyimpannya bukan?? Jadi dengan tak adanya kamu, disk itu gak akan mungkin kemana-mana..” kata Mr. Park dengan tatapan creepy. “ANDWEEEE!!!” cheondung tiba-tiba saja berteriak dengan muka fear dan sedih. Dia Nampak sangat kacau, aku hanya bisa berharap…aku hanya bisa berharap akan satu hal.. aku menatap cheondung dan tersenyum tulus aku begitu menyanyanginya. “cheondung-aaaa.. kau-kau harus tahu,, dengarkan baik-baik doong-aaa… hyung sangat menyanyangimu dan akan tetap selalu menyanyangimu, kau akan selamanya menjadi dongsaeng yang paling aku sayang di dunia ini.. saranghae yoo.. kau harus tetap hidup dan kunci dari semua ini ada pada dirimu… you are my best destiny.. remember.. remember brother… remember… my***************** just for you,, find..”

Sanghyun POV
‘special happiness’ Leeteuk hyung menyebutkan kata-kata dengan hanya mengatakannya tanpa suara tapi aku masih tak paham dengan maksud leeteuk hyung..“hentikan kata-kata menjijikkanmu itu!!!!!” appa memotong kata-kata leeteuk hyung dengan satu suara yang dikeluarkan oleh benda yang digenggamnya, aku belum pernah mendengar suara tersebut. Satu suara yang membuat senyuman leeteuk hyung menghilang dan tetesan-tetesan cairan merah marun segar terjatuh menggenang di bawah tubuh leeteuk hyung yang tergantung. Aku tercekat dan mataku terbelalak. “lee-leeteuk hyung-leeteuk hyung?” aku memanggil-manggil leeteuk hyung yang Nampak berpura-pura tak mendengarku dan tertunduk. “HYUNG!! LEETEUK HYUNG!! HYUNG!!!!” aku berteriak kencang, jantungku berdegup kencang tak karuan, dan tubuhku mulai gemetaran dan mati rasa,, “leeteuk hyung!!! Bangun!!! Appa lepaskan aku!!!” aku mulai meronta tak terkendali dan pesuruh appa melepas taliku dengan sekali sabitan pisaunya. Aku langsung mendekati leetuk hyung dengan bergerak tak focus. Leeteuk hyung masih tertunduk, aku memeluknya dan berusaha memanggilnya agar dia mendengarku. Tapi tak dapat kurasakan hembusan nafasnya meski wajahku begitu dekat dengan wajahnya,, aku tak dapat mendengarkan detakan jantung yang semestinya terdengar doble meski aku memeluk erat tubuhnya, hanya suara detakan jantung yang cepat dan tak karuan keluar dari badanku sendiri. Nafaskulah yang Nampak terdengar memburu menerpa wajahnya yang pucat pasi. “HYUNG!! BANGUN!! HYUNG!!” aku berteriak sembari mengguncang tubuh leetuk hyung yang seperti boneka tak berdaya. Tapi tetap leeteuk hyung tak bergeming sedikitpun. Aku merasakan dadaku yang basah oleh cairan merah pekat… nafasku tersengal-sengal.. aku tak dapat bernafas.. ‘sesak’ batinku,, wajah yang ku genggam semakin gelap-gelap dan menghilang bersamaan dengan kurasakan dinginnya keramik.

Mr. Park
“brukk” aku menatap tubuh sanghyun putra bungsuku ambruk tak sadarkan diri. Ada sedikit rasa khawatir dalam hatiku tapi aku abaikan,, toh kenyataan dia pembawa sial tak dapat hilang dari mataku. Ini memang pantas dia terima, salah dia yang telah memasukkan orang asing ke rahasia keluarga kami,, dia benar-benar anak pembawa sial!!! “kyu.. urusi semua ini, jangan sampai ada jejak seinchipun dan rawat sanghyun..” kataku kepada tangan kananku yang sangat dapat diandalkan itu. “neh.. sajangnim..” dan akupun beranjak meninggalkan ruangan itu. ‘kurasa aku tak berlebihan…’ batinku.

Changsun POV
Sudah seminggu kami berlibur tanpa appa dan sanghyun. Aku merasa ada yang disembunyikan oleh appa dan eomma. Aku yakin pasti ini ada hubungannya dengan sanghyun, atau jangan-jangan appa menyiksa sanghyun lagi??? Aku jadi resah sendiri. Sesampainya di rumah kami aku langsung masuk ke rumah dan hendak mencari tahu keadaan sanghyun tapi.. aku mendapati sanghyun dengan baju yang—wah baru? Dan penampilannya rapid an bersih tidak seperti sebelum kami berlibur,, dia sedang menonton televisi. “sanghyun?” panggilku pelan, dia tetap diam menatap tv.. aniy.. dia menatap kosong ke arah tv dan dia tak mendengarku. “sanghyun!” tetap dia menatap kosong kea rah tv dan tak berkutik. Akhirnya aku menepuk pelan pndaknya sambil memanggilnya dia terlonjak kaget dan langsung berdiri tegak dan meminta maaf kepadaku. “a.. chang-changsun hyung.. jeo-jeosangimnida.. su-dudah datang dari berberlibur? Aku-aku si-siapkaneum.. eum hyung mau minum apa? Biar aku ambilkan” dia menunduk badannya gemetaran. Kenapa sanghyun jadi ketakutan? Dan dia-dia sudah tak bekerja membersihkan ini itu ya? ‘Ada yang aneh ini’ batinku. “ah.. aku tak ingin apa-apa kok.. hanya, gwenchana?”tanyaku padanya. Dia semakin menunduk sambil menggelengkan kepalanya. “nan –nan gwenchana..” dia langsung berlari menuju ke—‘eh? Ke kamarnya yang dulu? Bukan gudang? “eh? Itu kan kamar dia yang dulu?”sebelum aku hendak mengikuti sanghyun ada yang menahan pundakku. Aku emnoleh dan kudapati appa yang tersenyum simple kepadaku. “wae? Heran? Yah… sanghyun aku pindahkan kembali ke kamarnya yang dulu… biar sama dengan kalian semua yang merupakan putraku, putra keluarga Park..” jelas appa dengan tenang. “o iya dia tidak akan bekerja lagi,, tidak menyapu, memasak ataupun bersih2 apapun lagi.. di sama dengan kamu changsun” “ha? Kenapa begitu yeobo?” protes eomma tiba-tiba. “karena dia putra bungsu kita yeobo yeobo kita tak boleh membedakan apapun mulai dari sekarang.. neh?” penjelasan appa membuatku meongo keheranan,,, ‘apa benar ini appa?’ batinku hweran.aq tersenyum sendiri, syukur deh kalo appa sudah berubah.. “appa benar eomma.. sanghyun itu juga dongsaeng aku.. dongsaeng kandungku…” tambahku membela appaku kemudian akupun melangkahkan kakiku menuju kamar sanghyun, aku mengetuk pelan kamarnya. “sanghyun.. boleh aku-” tiba-tiba saja pintu kamar sanghyun terbuka Nampak sanghun dengan wajah fear dan menunduk.. “iya-iya hyung ada yang harus aku lakukan? A-ada apa?” tanyanya dengan raut ketakutan. Aq mngerutkan keningku, kenapa sanghyun Nampak ketakutan gtu? “ya.. enggak kok.. ini aq bwakan oleh-oleh dari jeju..” kataku, dia hanya menatap sekilas oleh-oleh yang aq bawa dan langsung menyautnya cepat. “kham-khamsahamnida” dia membungkuk. “emm..boleh aq masuk ke kamarmu sanghyun?” tanyaku dan dijawabnya dengan anggukan. Kami berduapun masuk ke kamarnya yang sangat rapi, tak banyak barang yang dimilikinya menjadikan kamarnya tampak sangat luas. Dia hanya diam duduk di kursi belajarnya tetap menunduk. “yah.. gwenchana? Apa yang terjadi selama kami di Jeju sanghyun?” tanyaku dengan serius. Mulai sekarang aku tak dapat membenci sanghyun hanya karna dia anak pembawa sial.. jika aku piker-pikir meskipun dia tidak ada di dekatku ataupun ada di dekatku itu sama saja, kalau memang aku baru sial ya tetap sial... emang dasarnya. Tidak ada gunanya membenci sanghyun,, lagipula sanghyun itu adalah saudara kandungku, dongsaeng kandung aku. “a-aniya..ti-tidak ada apa-apa kok..” jawabnya dengan sangat gugup dan mula ketakutan kembali. Tubuhnya jadi gemetaran hanya karna aku tanyai saja? Kenapa dengan dia? Aku memegang pundaknya dia malah terlonjak saking kagetnya dan semakin ketakutan. ‘pasti telah terjadi sesuatu dengannya dan tak mungkin TIDAK. “sanghyun-aaa dengar baik-baik dan tolong jawab dengan jujur.. sebenarnya appa telah melakukan sesuatu kepadamu kan?” tanyaku sambil memegang kedua pundaknya dan menatapnya dnegan lekat. “ti-tidak ada apa-apa kok hyung.. jeong-jeongmal.. ap-appa tidak melakukan apa-apa kok.... jeo-jeosang-jeosangimni--” tubuh yang aku pegang lambat laun menjadi berat dan sanghyun roboh tak sadarkan diri. “sanghyun!!!” teriakku saking paniknya. “appa!! Eomma!! Sang-sanghyun!!” aku berteriak memanggil yang lainnya sehingga selang beberapa detik kamar sanghyun penuh dengan keluargaku plus tangan kanan appa. Dengan sigap dan cekatan pesuruh appa langsung mengangkat tubuh lemas sanghyun dan menaruhnya ke ranjang dan dokter keluarga Park langsung memeriksa sanghyun, dokter itu mengatakan jika sanghyun hanya kelelahan saja. Aku sedikit tak percaya kepadanya. Aku menatap appa tajam dan kesal. “ada apa changsun.. kanapa menatap appa seperti itu..” “appa jawab dengan jujur..” kataku dengan serius. “apa yang sebenarnya telah terjadi saat kami berada di Jeju? Tidak mungkin dengan tiba-tiba appa memindahkan kamar sanghyun dan tiba-tiba saja appa memperlakukan sanghyun dengan baik.. pasti ada maksud dari smeua ini kan?” tanyaku kepada appa. “apa maksudmu changsun? Kau tidak suka jika dongsaeng kamu mendapatkan fasilitas yang sama dengan kamu?” Tanya appa balik. “sekarang sanghyun bersikap sangat aneh.. dia ketakutan dan selalu gemetaran, dia dia seperti terancam akan sesuatu..dan ini pasti gara-gara appa!” kataku mulai emosi. “yah.. dari dulu juga sanghyun orang gtu.. selalu takut-takut aneh.... kamu aja kali hyung yang tak pernah memperhatikan dia.... hyung sok dramatis deh.. gtu aja diributin.. gak penting tahu..” sela cheolyong santai. “benar kata cheolyong.. dari dulu juga sanghyun orangnya memang seprti itu..” tambah appa enteng. “oke.. jika appa tak mau jujur, aku akan pastikan untuk mendapatkan jawabannya sendiri dan aku pasti dapat jawabannya” kataku penuh dengan penekanan.

Mr. Park
“oke.. jika appa tak mau jujur, aku akan pastikan untuk mendapatkan jawabannya sendiri dan aku pasti dapat jawabannya” kata changsun putra kesayangan ku dengan penuh penekanan. “yah.. carilah sepuasmu my son..” jawabku tenang. Aku menatap punggung changsun yang meninggalkan ruangan. “kyu.. awasi gerak-gerik changsun.. jangan sampai dia menemukan semua yang telah terjadi” perintahku kepada tangan kananku. “neh.. sajangnim..” kata kyuhyun sembari keluar ruangan. “coba kita lihat anakku.. kau atau aku yang kan menang....” kataku tenang.

Sanghyun POV
Perlahan aku menatap lampu di atas kepalaku yang embuatku silau.. “sanghyun-aa” panggil seseorang. Aku menoleh ke sumber suara, changsun hyung menatapku khawatir. Aku tak tahu harus merasakan bahagia atau harus bagaimana, pikiranku dipenuhi dengan bayangan leeteuk hyung, senyuman leetuk hyung yang secara tiba-tiba sirna dan-dan .. leeteuk hyung, bagaimana kabarnya sekarang? Dimana dia? Aku memejamkan mataku erat.. rsa takut itu datang kembali,, aku sangat ingat jelas hembusan nafas yang hanya keluar dari hidungku saja.. tidak pada leeteuk hyung.. ada apa dengan leeteuk hyung? Perlahan aku merasakan udara di ruangan ingin hilang,, aku kesulitan dalam bernafas.. aku dapat endnegar suara changsun hyung berulangkali memanggilku. Aku rasakan kepalaku yang semakin pusing. Tiba-tiba leeteuk hyung muncul dalam kegelapan dengan wajah sedih. “lee-leeteuk hyung.... leeteuk hyung!!! Hyung!!!”

Changsun POV
lee-leeteuk hyung.... leeteuk hyung!!! Hyung!!!”tiba-tiba sanghyun berteriak sambil memejamkan matanya erat. Dia beretriak histeris memanggil-manggil seorang yang dipanggilnya dengan sebutan leeteuk hyung.. siapa itu? “ssssttt ssttt its ok its ok” aku berusaha meenangkan sanghyun, tapi dia malah meronta dansemakin berteriak histerismemanggil-manggil nama itu lagi. Dan sanghyun melemas dan pingsan kembali. Spertinya aku pernah mendengar nama itu tapi siapa? Aku meraih telapak sanghyun dan menekannya agar sanghyun sadar.dan.. “ap-appo.. mmhh appo..” gerutunya dan diapun membuka matanya,, “sanghyun...minum obat dulu neh.. dan makan” kataku lembut.

Sanghyun POV
Changsun hyung merawatku dan membantu aku untuk meminum obat dengan lembut, sebenarnya aku sangat terkejut dengan sikap hyungku yang satu ini, kenapa sikapnya bisa berubah?.. tapi aku tak tahu lah, aku lebih memilih diam. Aku takut appa akan marah jika aku membuka mulutku tentang hari-hari kemarin. Aku juga takut akan menyinggung perasaan changsun hyung kurasa akan lebih baik jika aku tetap diam saja, jantungku berdegup dengan kencang, secara tiba-tiba aku merasa sangat takut, aku takut akan membuat kesalahan, aku takut appa akan marah, aku takut eomma akan marah, dan akau takut smua hyungku akan maraah padaku, kenapa aku musti sakit? Bagaimana ini? Lee-leeteuk hyung kau dimana? Aku semakin gelsah dan takut tanpa sadar air mataku turun deras membasahi pipiku. “sang-sanghyun? Ada yang sakit hum? Ken-kenapa kamu menangis?” Tanya changsun hyung menatapku konsern, aku terlonjak kaget tapi tenggorokanku tercekayt tak dapat mengatakan apa-apa. Changsun hyung sangat baik padaku padahal biasanya tidak ada seorangpn yang memperhatikanku kecuali leeteuk hyung. Aku tak dapat berfikir dengan jernih sekarang dan aku merasa sangat bingung dengan keadaan di sekitarku,sehingga aku hanya diam saja. “ini makan dulu biar mendingan..” kata changsun hyung sambil memberiku suapan bubur, aku terus menatap makanan itu dan secara tiba-tiba bayangan leeteuk hyung yang selalu memberiku makan malam dengan senyuman itu, aku terpaku. Kembali lagi ingatan-ingatan yang telah appa lakukan kepada leeteuk hyung, cairan merah yang terus keluar dari dada leeteuk hyung, senyuman leeteuk hyung yang lambat laun sirna setelah suara letupan dari benda yang di genggam oleh appa, dan dan leeteuk hyung yang tak merespon teriakan dan guncangan dariku, taka ada nafas? Tak ada detakan jantung.. apa itu artinya? Apa artinya itu?? Apa mungkin leeteuk hyung datang menghampiriku? Aku tak dapat mengendalikan badanku yang terasa sangat kaku semua, semua terasa dingin dan sakit, badanku sakit semua...

Changsun POV
Sanghyun hanya menatap lekat makanan yang aku sodorkan, tiba-tiba saja dia Nampak memucat dan sanghyun tiba-tiba bernafas tersengal-sengal, dia Nampak menangis dan kesakitan. “sanghyun!!!” aku meraih badannya yang gemetaran dan aku memeluk erat tubuh ini, tubuhnya kaku dia menggenggam kedua tangannya dan kejang-kejang. “lee-leeteuk hyung.. leeteuk hyung.. hyung.. hyung…” dia tetap terus mengucapkan nama itu lagi. “EOMMA!! APPA!!” kembali lagi semua berkumpul dan menatapku sedikit panic. Tapi kemudian mereka menunjukkan wajah kesal mereka. “kenapa lagi sih hyung?? Berisik tahu!! Kirain hyung kenapa-napa..” gerutu cheolyong kesal. Mereapun meninggalkanku meski sanghyun collapse sekarang. Appa hanya diam dan langsung menelfon seseorang, mungkin dokter atau rumah sakit..
Aku terdiam dan merenung menatap sanghyun yang pucat di bangsal rumah sakit, apa-apan mereka? Kenapa mereka malah bukan khawatir melainkan kesal dan merasa terusik? “sang-sanghyun-aaa mianhe.. kau bertahun-tahun hidup dengan kebencian yang dilontarkan oleh mereka bahkan mungkin aku juga, padahal kamilah keluargamu..” kataku pelan dan penyesalan menyeruak dalam hatiku, pedih.
Sudah beberapa hari sejak sanghyun keluar dari rumah sakit, sanghyun sudah tak keluar malam untuk bekerja dan sudah tak lagi mengikuti pembelajaran di sekolahannya, bahkan sudah beberapa guru sampai kepala sekolah mendatanginya untuk membujuknya untuk kembali ke sekolah, dia hanya menolak-menolak dan menolaknya. Dia bekerja membersihkan rumah dan memasak tanpa kita suruh. Dia selalu memasakkan sarapan,makan siang dan makan malam untuk keluarga kami tapi dia tak pernah mau untuk makan satu meja dengan kami, selain aku dengan senang hati setuju dengan keinginannya yang tak mau makan bersama, malahan mereka Nampak senang dan menikmati. Sanghyun tak pernah mengatakan apapun kecuali jika kami bertanya kepadanya. Kegiatannya selain membersihkan dan memasak dia hanya merenung dan melamun. Tak seorangpun menghiraukannya, selain aku. Sampai pada suatu sore, aku sedang menonton berita di tv, bukan kebiasaanku sih menonton berita ntah kenapa untuk saat ini aku ingin melihat kabar berita korea selatan. Aku menoleh ke arah sanghyun yang sedang membersihkan lemari perabot keramik dari debu. “sang-” belum jadi aku memanggil sanghyun, cheolyong dan byunghe hyung datang dan ikut duduk di sampingku sembari ikut menonton berita di sore itu. Terpaksa aku urungkan untuk memanggil sanghyun pasti dua saudaaku ini akan kesal dan bakalan protes dengan aksiku. Akupun hanya menghela nafas. “wae yo hyung? Seperti mikirin sesuatu?” Tanya cheolyong menatapku penuh Tanya. “aniya.. suma lelah saja.. kemana seungho hyung?” tanyaku untuk melumerkan suasana. “kakak sulung kalian sedang privat piano changsun-aaaa..” potong eomma lembut dna ikut duduk di samping cheolyong. Tak berapa lama appapun ikut gabung dengan kami, tanpa sengaja aku melirik sanghyun yang sedang menatap cheolyong dan eomma yang sedang berlovey dovey. Ingin sekali aku mengajak sanghyun untuk gabung dengan kami juga tapi pasti malah pada rebut, kesal, marah dll. Kasian sanghyun. “telah ditemukan sebuah mayat dalam keadaan terikat di dekat......” breaking news itu mengalihkan pandanganku dari sanghyun, dan juga mengalihkan perhatian smua keluargaku. “jasad tersebut diketahui sebagai Park Jungsoo 26 tahun” aku dan keluargaku tercekat dan “PRANG” kami semua menatap ke arah sanghyun yang menjatuhkan salah satu keramik. Sanghyun terkejut dan dia terpaku melihat ke arah tv.. “lee-leeteuk hyung..?” gerutunya pelan. “matikan tvnya!!!” teriak appa mengagetkan semuanya. Aku yang memegang remote takk menghiraukan perintah appa.. malah aku tambah volumenya. “diduga dia merupakan korban pembunuhan dan jasadnya dibuang di---" “appa,, bukannya dia pelayan baru keluarga kita kan?” tanyaku dengan serius. Appa malah Nampak gugup. “appa tidak membunuhnya kan?”tanyaku lagi dengan sangat serius. “ya! Kau kau menuduh appa mem-membunuh? Hhuh?” “BRUKK” suara benda berat mengalihkan perhatian semuanya dan semua mengarah kepada sanghyun yang sudah tak sadarkan diri di lantai. “SANGHYUN!!” teriakku dan aku segera mendekatinya tapi lenganku ditahan oleh appa. “KYU.. urusi dia” teriak appa kepada pesuruhnya. “appa.. lepaskan!! Aku ingin melihat keadaan sanghyun!! Lepaskan” appa tetap memegangi tanganku sampai kyuhyun membawa sanghyun ke mobil dan membawanya pergi. “appa!! Apa-apaan ini??? Kenapa sanghyun dibawa pergi? Mau kau apa kan dia?” teriakku kesal kepada appa. “yay a dibawa ke rumah sakit lah..” kata appa. “kenapa appa menahanku?? Aku juga ingin menemaninya ke rumah sakit!!!” teriakku lagi. Tapi appa malah diam.. aku curiga dengan tingkah appa.. apa jangan-jangan sanghyun tahu tentang kematian park jungsoo? Batinku. “sebenarnya apa yang telah terjadi appa?” tanyaku dengan nada rendah dan serius.



                                                        

<<<preview             next>>>




Tidak ada komentar:

Posting Komentar